Topik 6 Aksi Nyata Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan

Aksi Nyata Topik 6

Perspektif Sosiokultural

Isu-isu Penyelenggaraan Pendidikan & Pembelajaran

dari Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, Politik dalam Pendidikan di Indonesia



Pada topik 6 ini banyak hal yang saya ekspektasikan sebelum proses pembelajaran diantaranya: akan ada hal baru yang saya peroleh terkait implementasi perspektif sosiokultural dalam berbagai aspek, efektifitas pembelajaran yang tanggap isu-isu sekitar masyarakat, tantangan yang akan dihadapi guru ketika menerapkan pembelajaran yang tanggap isu-isu pembelajaran dari sudut pandang sosiokultural, aplikasi nyata mengenai pembelajaran tanggap budaya, cara efektif dalam mengadaptasikan pembelajaran dengan lingkungan sosial masyarakat yang berbeda latar belakang.

Hal baik yang saya dapatkan dalam topik bahasan ini diantaranya:

  1. Guru dituntut untuk aktif dalam melakukan analisis lingkungan, konteks sosial dari siswa dan masyarakat sekitarnya untuk mengenali budaya dan kebiasaan sosial mereka yang akan berguna untuk merancang pembelajaran.

  2. Guru yang berpihak pada siswa ialah yang mampu memahami kondisi sosial-ekonomi dari keluarga siswa sehingga dari informasi ini guru dapat menyesuaikan kekuatan, kelemahan, serta profil siswa agar pembelajaran bisa disesuaikan dengan kompetensi dan kebutuhan mereka.

Saya berupaya menerapkan ilmu yang saya peroleh dalam topik bahasan mengenai isu-isu penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik ialah dengan jalan:

  1. Berupaya mengimplementasikan pembelajaran yang bisa menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat setempat, dalam hal ini saya akan menekankan penerapan pendekatan pembelajaran berbasis budaya (CRT) yang dapat menanamkan nilai-nilai kebudayaan serta konteks sosial masyarakat didalamnya.

  2. Turut aktif dalam melakukan analisis dan pengamatan terkait isu-isu pembelajaran baik dari segi ekonomi, sosial, buaday, politik yang ditindaklanjuti dengan adanya rencana tindak lanjut dari evaluasi, refleksi, dan pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran

  3. Selalu mengutamakan keterbukaan dalam berkomunikasi dengan siswa untuk memberikan mereka ruang umpan balik kapanpun diperlukan. Dalam  hal ini, komunikasi dengan siswa secara intensif akan membantu guru dalam membangun kedekatan dan ruang sosial-emosional dengan siswanya agar guru bisa memahami secara mendalam karakteristik siswa secara langsung.

  4. Melibatkan orang tua dan wali siswa di setiap perencanaan, pelaksaan, dan refleksi pembelajaran. Orang tua dan wali siswa penting untuk dilibatkan karena atas dukungan dari mereka semasa di rumah atau di luar lingkungan sekolah maka anak-anak aka terkontrol dengan optimal. Kolaborasi dengan orang tua juga mendatangkan banyak manfaat pada guru diantaranya: guru menjadi tahu latar belakang keseharian siswanya secara langsung, kepribadiannya, kekuatan, kelemahan serta profil keluarganya secara lebih detail yang dapat membantu guru menyesuaikan kompetensi dan kebutuha belajar siswa dalam pembelajaran.

  5. Kolaborasi dengan rekan guru untuk berbagi praktik baik. Hal ini akan memberikan guru wawasan dan pengetahuan baru mengenai pengalaman dalam mengelolah pembelajaran di  berbagai tempat, mengingat setiap orang memiliki pengalaman yan berbeda-beda untuk saling dipelajari dan diambil manfaatnya. 

  6. Memperluas relasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti aparat pemerintah baik di tingkat terendah yakni desa, kelurahan, kecamatan, kabupataen, kota untuk mempermudah dalam mengusulkan dana untuk kepentingan pemenuhan fasilitas pembelajaran.

Kesemua upaya di atas akan saya lakukan dalam rangka menerapkan ilmu yang telah saya peroleh dalam topik ini dan topik-topik sebelumnya yang saling berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya semua topik bahasan dalam persepktif sosiokultural ini saling terkoneksi dan muara akhirnya ialah untuk menyiapkan para guru agar bisa dan mampu menerapkan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik yang multikultural, berupaya mengintegrasikan budaya ke dalam pembelajaran untuk menekankan pembelajaran bermakna yang bisa dikaitkan dengan konteks sosial kehidupan di masyarakat sehingga dapat merangsang dan melibatkan siswa untuk berpikir kritis, responsif, serta solutif terhadap setiap masalah yang dijumpai di sekitanya.

Dari proses demonstrasi yang saya lakukan bersama kelompok terdapat hal baru yang saya pelajari terutama apabila dikaitkan dengan pengalaman dari masing-masing anggota kami salama mengajar di sekolah bahwasannya dalam persiapan mengajar dengan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dari perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik pada peserta didik memerlukan pemahaman mendalam terhadap konteks siswa dan lingkungan sekolah dengan turut aktif terlibat dalam pengamatan lingkungan sosial masyarakat, memperhatikan keseharian siswa dan masyarakat sekitar, melibatkan orang tua dalam memberikan masukan, dukungan, dan diskusi dalam perencanaan pembelajaran, menciptakan pembelajaran yang inklusif dan kolaboratif mendukung keterlibatan seluruh siswa.

Pandangan saya mengenai topik bahasan isu-isu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik ialah bahwa penyelenggaraan Pendidikan dan pengajaran di seluruh Indonesia merupakan suatu regulasi yang dapat dikatakan sebagai suatu proses bertahap untuk dapat mencapai mutu Pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, apabila dari segi kebijakan pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan dalam pendidikan semisal adanya bantuan dana bos, beasiswa, atau kebijakan lainnya namun belum bisa dirasakan secara merata oleh semua anak-anak yang berhak mendapatkan pendidikan, maka hal itu perlu diupayakan pemerataannya dengan adanya campur tangan dengan berbagai pihak untuk turut serta membantu pemerataan pendidikan baik dari segi sarana prasarana, sosialisasi bantuan dana bos, dll. Hal tersebut menyadarkan pada para pendidik bahwasannya untuk mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang layak serta berkualitas maka semua pihak perlu bersinergi bersama untuk mengupayakannya tidak hanya satu dua pihak yang berjuang namun dengan adanya kerja sama semua pihak itulah akan membantu mewujudkan pendidikan yang bermutu. Mulai dari tenaga pendidik, wali murid, para pemangku kepentingan, pemerintah. Mereka perlu menyatukan misi untuk mencapai visi yang sama yakni mengupayakan penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dengan memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politiknya. 

Saya menyikapi tantangan yang ada terkait topik bahasan tersebut diantaranya dengan tetap yakin dan terus mencoba untuk belajar hal baru terkait praktik baik para pendidik di seluruh Indonesia dalam menangani berbagai kasus pendidikan yang penuh dengan keterbatasan hingga bisa bertahan dan berkembang hingga sekarang. Karena pendidik dalam setiap periode akan menjumpai siswa-siswa yang memiliki berbagai tipe kebudayaan yang berbeda mengikuti kodrat zamannya sehingga di sinilah pendidik dituntut untuk tetap aktif dan terus belajar dari setiap permasalahan yang ada dengan cara menganalisis permasalahan siswa dari perspektif sosiokultural, mencari rekan sejawat untuk bertukar pikiran dan diskusi mengenai perkembangan penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan latar belakang siswa dari segi manapun, memperbanyak menganalisis studi kasus dari berbagai masalah rekan guru dalam melakukan pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman dari praktik baik yang direfleksikan dalam pengajaran serta selalu up to date pengetahuan terkini serta penelitian terkait perspektif sosiokultural yang mengaitkan isu-isu penyelenggaraan pendidikan baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.

Dari topik bahasan ini saya bisa menautkannya dengan topik lain dari mata kuliah perspektif sosiokultural dan mata kuliah lainnya, diantaranya:

Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Setiap siswa berasal dari latar belakang sosial, budaya, ekonomi, serta politik yang berbeda. Di seluruh lapisan masyarakat hal ini menjadi isu-isu penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia yang perlu dipandang dari perspektif sosiokultural oleh para guru agar dalam penyelenggaraan pembelajarannya dapat berpihak pada siswa sesuai dengan kebutuhan, kompetensi, dan profil yang dimiliki mereka sebagai dasar untuk mempelajari hal baru. Kebutuhan belajar siswa yang telah teridentifikasi secara konkrit dan utuh akan dituangkan oleh guru ke dalam bentuk rancangan dan skenario pembelajaran yang berupaya mengakomodasi seluruh karakteristik siswa.

Filosofi Pendidikan Indonesia

Penyelenggaraan Pendidikan hendaknya memberikan kebebasan pada siswa untuk mengemukakan pendapat, memberikan kemudahan bagi guru untuk menentukan tujuan pembelajaran, metode, serta asesmen pembelajaran yang didukung dengan adanya penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila menjadi salah satu projek yang perlu diwujudkan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Projek penguatan profil pelajar  Pancasila ini menjadi salah satu isu penyelenggaraan Pendidikan yang perlu dicermati, dipahami, serta diimplementasikan secara nyata oleh semua pihak termasuk pihak sekolah, guru, orang tua/wali siswa. 

Teknologi Baru dalam Pengajaran

Pembelajaran di abad ke-21 yang memiliki pandangan baru bahwa pembelajaran yang menarik perlu dikemas dengan teknologi. Hal ini cukup menjadi tantangan baru bagi para pendidik yang dituntut untuk berinovasi dan bergerak maju melek teknologi agar siswa mendapatkan haknya untuk belajar menggunakan teknologi modern tanpa mengurangi kebtuhannya terhadap pembelajaran. Isu-isu dalam pembelajaran abad ke-21 ialah mengenai efektivitas pembelajaran basis gamifikasi hingga AI yang mengintegrasikan kecerdasan buatan ini menjadi hal yang perlu dipertimbangkan oleh para pendidik mengingat teknologi baru dalam pembelajaran tidak sepenuhnya memberikan nilai positif melainkan banyak hal yang enjerumuskan apabila kita tidak bijak dalam menggunakannya. 

Prinsip Pembelajaran dan Asesmen yang Efektif 1

Dalam menentukan dan melakukan asesmen pembelajaran yang efektif, guru harus dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa baik dari segi aspek ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Adapun isu yang mengatakan bahwa di era pembelajaran abad ke-21 ini muncul paradigma baru yang mengatakan bahwa pemeblajaran yang berpusat pada siswa dengan memperhatikan kebutuhan, kesiapan, dan kompetensi awal siswa merupakan hal yang mendasar dan perlu dipertimbangkan oleh guru. Oleh karena itu, sebagai guru harus mampu menentukan dan menetapkan asesmen yang sesuai dengan kebutuhan siswa baik itu asesmen diagnostic, asesmen formatif, maupun asesmen sumatif.

PPL

Keterkaitan isu-isu penyelenggaraan Pendidikan dalam sosiokultural dengan matakuliah PPL ialah bahwa dalam melaksanakan praktik pembelajaran di sekolah, pendidik haru smemperhatikan dengan saksam isu-isu permasalahan di sekitar siswa dikarenakan isu-isu tersbut juga akan mempengaruhi bagaimana pembelajaran itu dapat berjalan dengan baik. Selain itu, isu-isu di masyarakat akan menjadi bahan perbincangan kritis bagi siswa yang aktif dalam mengikuti perkembangan sosial di lingkungannya sehingga guru dapat memandaatkannya untuk mengaitkan hal tersebut ke dalam pembelajaran yang relevan untuk melatih mereka berpikir kritis dan menemukan solusinya dengan berdiskusi dengan rekan dan gurunya.

Sebagai guru atau pendidik,pembelajaran di topik perspektif sosiokultural penting untuk dipelajari secara mendalam karena melalui perspektif ini pendidik menjadi tahu dan merasakan bahwasannya Pendidikan yang bermutu itu dicapai secara bertahap bukan secara instan, diperjuangkan dan dikorbankan bukan dengan menunggu bantuan dari pemerintah dan pihak berwenang lainnya, pendidikan dibangun atas kesadaran dan ketulusan bukan karna mengharap materi dan penghargaan dari orang sekitar. 

Adapun kesiapan dalam mengajar dengan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikan seperti peristiwa anak Asmat yang telah ditayangkan sebelumnya, merupakan hal yang sangat penting. Saya siap mengajar dengan memperhatikan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan pendidikandi sekolah dalam perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Ada beberapa alasan mengapa faktor-faktor tersebut penting dan mengapa seorang pendidik harus siap untuk menghadapi berbagai isu tersebut:

  1. Pentingnya Konteks Lokal

Memperhatikan isu-isu sosial, budaya, ekonomi, dan politik adalah suatu keharusan karena setiap komunitas memiliki konteks uniknya sendiri. Pendekatan pendidikan yang tidak memperhatikan konteks lokal dapat gagal memahami kebutuhan dan aspirasi siswa.

  1. Pentingnya Keberlanjutan Budaya

Memasukkan unsur-unsur budaya lokal ke dalam pembelajaran membantu mempertahankan dan mendukung keberlanjutan warisan budaya. Hal tersebut juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

  1. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas

Dalam kondisi ekonomi yang sulit, melibatkan orang tua dan komunitas dalam pendidikan dapat menjadi kunci keberhasilan. Mempertimbangkan isu-isu ekonomi membantu mencari solusi praktis dan berkelanjutan.

  1. Pendidikan Inklusif

Menghadapi isu-isu sosial termasuk pendekatan inklusif dalam pengajaran, memastikan bahwa setiap anak, terlepas dari latar belakang ekonomi atau budaya, memiliki akses dan kesempatan yang sama dalam pendidikan.

  1. Keterlibatan Politik dan Dukungan Pemerintah:

Memahami dinamika politik setempat membantu dalam menjalin hubungan dengan pihak berwenang untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan agar dapat meningkatkan fasilitas pendidikan dan memperbaiki kondisi pendidikan.

  1. Relevansi Pembelajaran

Menyesuaikan materi pembelajaran dengan realitas sosial dan ekonomi siswa meningkatkan relevansi pembelajaran, membuatnya lebih bermakna bagi siswa, dan meningkatkan motivasi belajar.

Saya menilai kesiapan dalam mengajar dengan memperhatikan isu-isu penyelenggaraan Pendidikan dengan nilai 9 karna dengan berbekal pengetahuan, pengalaman, serta berbagai praktik baik dari guru-guru di Indonesia yang telah saya pelajari di matkuliah perspektif sosiokultural ini menjadikan saya sadar bahwasannya untuk mengajar tidak hanya dibutuhkan kesiapan mental dan materi dalam menampilkan pembelajaran di kelas, melainkan pembelajaran yang berpihak pada siswalah yang harus kita renungi dan pahami secara mendalam agar pembelajaran yang kita sampaikan sampai di hati mereka sebagai suatu refleksi yang akan diimplementasikan dalam kehidupan bukan sekadar teori abstrak yang dihafal dan dikaji ulang. Oleh karena itu, pembelajaran yang dipersiapkan dari segi perspektif sosiokultural dimungkinkan dapat mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan siswa dengan berbagai latar belakang.

Dalam mempersiapkan pembelajarannya tentu saya akan memperbanyak literasi dalam hal Pendidikan serta isu-isu penyelenggaraannya dari berbagai daerah di Indonesia, memperluas relasi baik dengan sesame guru maupun semua kalangan masyarakat untuk saling bertukar pikiran dan membantu dalam melangsungkan penyelenggaraan pendidikan yang dimungkinkan mendapat dukungan dan perhatian dari berbagai pihak baik di sekolah maupun di masyarakat sehingga semua bisa bersinergi untuk memajukan pendidikan ke arah yang lebih baik.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perangkat Web dalam Pembelajaran

Topik 5 Aksi Nyata Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan